Beranda > doa doa islam > KHUSNUDZDZON TERHADAP ALLAH

KHUSNUDZDZON TERHADAP ALLAH

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al Baqarah 2: 216)

Di jaman modern ini banyak orang yang mengalami kekecewaan hidup. Ada yang kecewa karena kehidupan rumah tangganya yang berantakan. Ada yang kecewa karena masa depannya yang suram. Ada yang kecewa karena usahanya yang mengalami kebangkrutan. Ada yang kecewa karena kehilangan mata pencaharian. Ada yang kecewa karena gagal mengejar kedudukan. Ada yang kecewa karena gagal menjadi gubernur. Harta kekayaannya yang bernilai milyaran rupiah melayang begitu saja. Kekecewaan ini menyebabkan depresi yang berlanjut dengan penyakit jiwa, bahkan bias jadi bunuh diri. Tentu saja hal itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah. Adapun sikap orang beriman adalah menyerahkan persoalan kembali kepada Allah atau bertawakal kepada Allah. Dia faham betul bahwa apa yang terjadi disekitar kita tidak akan mungkin terjadi tanpa ijin Allah. Sedang dia juga menyadari bahwa dia tidak mengerti dengan benar hakekat setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Hanya Allah saja yang mengerti hakekat setiap peristiwa yang terjadi di alam semesta ini. Maka wajar kalau Allah berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS Al Baqarah 2: 216)

Kefahaman terhadap ayat ini akan menentukan stabilitas jiwa seseorang. Dirinya akan menjadi lebih arif dalam menghadapi setiap peristiwa yang terjadi. Dia tidak hanya memandang apa yang dia bisa lihat, tetapi juga peristiwa yang mungkin terjadi dibalik peristiwa tersebut. Dia tidak akan mengamati apa yang terjadi secara lahiriyah, tetapi juga apa yang mungkin terjadi secara batiniyah juga. Kalau yang terjadi secara lahiriyah sesuai dengan kehendaknya, maka dia akan bersyukur. Kalau yang trjadi secara lahiriyah tidak sesuai dengankehendaknya maka dia akan bersabar dan melakukan koreksi dan menjadikan kegagalan tersebut sebagai batu loncatan menuju kesuksesan berikutnya. Dia faham benar, bahwa Allah tidak akan bersikap buruk terhadap hamba-Nya. Dia Yang Maha Agung tidak memerlukan apapun dari hamba-Nya, termasuk sikap buruk. Maka setiap saat dia akan khusnudldlon billah, setiap saat berprasangka baik kepada Allah. Sikap inilah yang akan membawanya untuk selalu perpikiran positif (positive thingking).

Tidak ada alasan bagi Allah untuk bersikap buruk kepada kita. Sudah pasti apa yang diberikan Allah kepada kita adalah yang terbaik sesuai dengan keadaan kita pada saat itu. Kalau musibah yang kita terima tidak sesuai dengan kehendak kita, maka hal itu terjadi karena kesalahan kita sendiri. Allah mengungkapkan di dalam QS An Nisa 4: 79 bahwa apasaja mushibah baik yang menimpa kita itu berasal dari Allah dan apa saja mushibah jelek yang menimpa diri kita maka semua itu berasal dari diri kita sendiri. Kalau kita benar dalam menyikapi ayat ini maka kita akan senantiasa berusaha untuk menelusuri apa yang menjadi sebab terjadinya kesalahan. Tidak akan mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi mencari kesalahan yang dia lakukan sendiri. Hasilnya akan dipergunakannya untuk memperbaiki langkah-langkahnya yang akan datang. Tidak seperti orang kebanyakan yang selalu mencari kambing hitam pada pihak lain. Atau senantiasa banyak berkeluh kesah dalam kebingungan dan salah-salah akan bersikap su’udldlon billah. Sikap yang kedua ini tidak akan mendatangkan kebaikan, justru akan menjauhkan kita dari rasa syukur kepada Allah.

Sebagai seorang hamba, tidak layak bagi kita untuk tidak bersyukur kepada-Nya. Segala sesuatu yang ada di semesta alam ini adalah milik Allah termasuk diri dan harta kita. Ketika kita memanfaatkan diri kita untuk berkarya, mencari harta untuk memenuhi kebutuhan keluarga, perbuatan kita itu dicatat sebagai sabilillah. Ketika kita memanfaatkan harta yang ada pada kita untuk kepentingan keluarga kita dinilai sedekah. Betapa murahnya Allah kepada kita hamba-Nya yang beriman. Akankah kemurahan tersebut kita balas dengan sikap kemunafikan dengan mengaku beriman, tetapi selalu saja bersikap kufur terhadap nikmat yang Allah berikan?

Ketika kita menafkahkan harta kita di jalan Allah, Allah menilainya sebagai pinjaman dan akan mengembalikannya dnegan berlipat ganda (QS Al Baqarah 2: 245). Ketika kita mamanfaatkan waktu, akal, tenaga, dan diri kita di jalan Allah, Allah menilainya sebagai menolong agama-Nya dan Allah berjanji akan menolong kita (QS Muhammad 47: 7). Padahal sekali lagi diri dan harta kita semuanya adalah milik Allah. Subhanallah, benar-benar tidak layak bagi kita untuk su’udlon kepada-Nya. Sementara dengan khusnudldlon kepada Allah hati kita menjadi lapang menerima keputusan-Nya, cermat menentukan kekurangan dan cerdas menentukan langkah selanjutnya. Semoga kita semua dipilih Allah menjadi hamba-Nya yang pandai bersyukur

Kategori:doa doa islam
  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar